kursor

Blue Ladybug

gelembung

Jumat, 04 November 2011

Kenali Musuh-musuh Utama pada Tanaman Cabe

Kenali Musuh-musuh Utama pada Tanaman Cabe
Hambatan paling besar bertanam cabe biasanya datang dari keberadaan hama dan penyakit seringkali yang membuat tanaman rusak pada bagian tertentu yang bisa menyebabkan puso. Cukup banyak jenis-jenis hama maupun penyakit yang menyerang tanaman cabe ini dari fase benih sampai panen. Namun hanya beberapa yang utama dan paling merusak. Berikut adalah pembahasan mengenai hama dan penyakit utama pada tanaman cabe.
Sebagai tanaman budidaya, tentu saja pengembangan tanaman cabe tidak bisa terlepas dari pengendalian hama dan penyakit. Meskipun komoditas ini sangat menjanjikan, namun tidak sedikit dari para petani kita yang mengeluh akibat kehadiran pengganggu keberhasilan budidayanya. Tidak hanya hama, bahkan penyakit pun kerap menjadi penyebab utama kerusakan cabe. Kerugian yang diakibatkan hama maupun penyakit telah membuat tidak sedikit para petani yang bangkrut dan kapok untuk bertanam lagi. Sebagai pertimbangan, pada Harian Kompas mengungkapkan daerah Kediri sebagai salah satu sentra produksi cabe di Jatim banyak yang terserang Antracnose atau yang lebih populer dengan pathek ini beberapa waktu yang lalu. Dimana, ribuan hektar pohon cabe gagal dipanen gara-gara kehadiran penyakit itu. Ini hanya satu kasus saja, belum serangan hama maupun penyakit lain yang bisa merugikan petani. Menurut sebagian petani hingga kini belum ada cara yang benar-benar ampuh untuk mengobati buah cabe yang sudah terserang hama dan penyakit. Bukannya mereka tidak mau tahu atau pasrah terhadap kehadiran “para pengganggu” ini, namun sudah banyak yang dilakukan dalam upaya mengobati tanaman yang sudah terkena serangan. Salah satunya adalah dengan penyemprotan baik itu menggunakan insektisida maupun fungisida. Karena saking tingginya kekhawatiran akan meluas atau terkena serangan, penyemprotan seringkali dilakukan secara serampangan tanpa pertimbangan. Akibatnya kesalahan pemilihan pestisida yang diberikan dan teknik pengendalian yang kurang baik bisa menjadi bumerang yang berakibat fatal. Untuk itulah, teknik pengendalian yang baik yang dikenal dengan tehnik pengendalian hama terpadu sangat dianjurkan untuk mengatasi musuh-musuh utama tanaman cabe ini. Berikut adalah musuh-musuh utama petani cabe yang sering menyerang tanaman cabe.
Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabe. Menurut beberapa sumber, thrips yang menyerang cabe tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan pada tanaman cabe hanya salah satunya saja. Dengan panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga. Serangan paling parah biasanya terjadi pada musim kemarau, namun tidak menutup kemungkinan pada saat musim hujan bisa juga terjadi serangan. Gejala yang bisa dikenali dari kehadiran hama ini adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Adanya noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Dalam beberapa waktu kemudian, noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain dia sebagai hama perusak namun juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) yang menyebabkan penyakit pada tanaman cabe. Untuk itu, bila kita mampu mengendalikan hama thrips, tidak hanya memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya.
Areal tanaman cabe yang tidak dirawat dengan baik sangat beresiko terkena serangan hama dan penyakit
Pengendalian hama ini bisa dilakukan secara kultur teknis maupun kimiawi. Secara teknis dapat dilakukan dengan melakukan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabe secara bertahap dengan selisih waktu lebih lama, selain itu dapat juga menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem. Sedangkan pengendalian kimia bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida Winder 25WP konsentrasi anjuran 0.25 – 0.5 gr /liter atau bisa juga menggunakan insektisida bentuk cair Winder 100EC dengan konsenstrasi 0.5 – 1 cc/L.
Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk, dan apel menyerang tanaman cabe juga. Tungau bersifat parasit dimana dia merusak daun, batang maupun buah yang mengakibatkan perubahan warna dan bentuk. Pada tanaman cabe, serangannya adalah dengan menghisap cairan daun sehingga warna daun terutama pada bagioan bawah menjadi berwarna kuning kemerahan , bentuk daun menjadi menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk bisa mengering yang akhirnya menyebabkan daun rontok. Dalam klasifikasi tungau termasuk dalam Ordo Acarina, Kelas Arachnidae bukan termasuk golongan serangga. Tungau berukuran sangat kecil dengan panjang badan sekitar 0.5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti halnya thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus. Pengendalian hama mite secara kimia dapat kita lakukan penyemprotan menggunakan akarisida Samite 135EC. Konsentrasi yang dianjurkan adalah 0.25 – 0.5 ml/L.
Kutu (Myzus persicae)
Aphids merupakan serangga hama yang juga andil dalam merusak perkembangan tanaman cabe. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Tidak sepeti mite, kutu persik ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain bisa memperbanyak dengan perkawinan biasa, dia juga mampu bertelur tanpa pembuahan. Pengendalian hama aphids secara kimia dapat dilakukan dengan menyemprot insektisida Winder 100EC konsentrasi 0.5 – 1.00 cc/L.
Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Kehadiran lalat ternyata tidak hanya mengganggu sekaligus menjijikkan namun bisa menjadi hama perusak khususnya tanaman cabe. Buah cabe yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah cabe dari dalam. Kerusakan buah dari luar bisa kita perhatikan dari bekas tusukan yang berupa bintik hitam. Buah yang rusak tentu saja tidak akan laku dijual sehingga menyebabkan kerugian bagi petani. Pengendalian hama lalat buah cabe tergolong agak sulit karena menyerangnya dari dalam buah, untuk itu satu-satunya jalan adalah dengan mencegah lalat tersebut meletakkan telurnya pada cabe. Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol bekas air kemasan yang didalamnya diberi umpan yang telah diberi sex feromon seperti metil eugenol dan insektisida. Hal ini karena lalat buah betina sangat tertarik dengan bau lalat buah jantan sehingga dia akan memburunya. Selain itu dapat juga digunakan perangkap kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ini tak berbeda dengan jenis ulat lain yang juga suka makan daun. Namun keistimewaannya adalah saat memasuki stadia larva, dia termasuk hewan yang sangat rakus. Hanya dalam waktu yang tidak lama, daun-daun cabe bisa rusak olehnya. Ulat yang setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat ini akan memakan daun-daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan metamorfosis-nya. Ulat grayak tidak hanya menyerang tanaman cabe saja melainkan juga tanaman pisang, bawang, pepaya, kentang, padi, kacang dan lain-lain. Pengendalian hama ini dapat dilakukan terhadap ngengat dewasa yang hendak meletakkan telurnya pada tanaman inang dengan menyemprotkan insektisida, atau dikendalikan dengan insektisida biologis Turex WP konsentrasi 1 – 2 gr/Lt.
Gejala akibat serangan hama kutu daun (Mizus persicae)
Kerusakan daun yang diakibatkan serangan mite
Ulat grayak merupakan hama yang paling rakus melahat daun cabe
Tikus
Meskipun tidak separah serangan pada tanaman pangan, tikus juga berpotensi merusak buah tanaman cabe. Mereka biasanya menyerang bagian buahnya. Meskipun persentasenya tergolong sedikit, serangan tikus pada tanaman cabe tetap harus diwasdapai dengan cara selalu rutin membersihkan kebun cabe dari gulma dan semak-semak yang bisa menjadi tempat sarang sekaligus perlindungan tikus.
Antracnose
Tidak ada yang memungkiri bahwa Antracnose atau yang lebih dikenal dengan istilah “pathek” adalah penyakit yang hingga saat ini masih menjadi momok petani cabe. Bagaimana tidak? Buah yang menunggu panen dalam beberapa waktu berubah menjadi busuk oleh penyakit ini. Sudah banyak petani yang menjadi korban keganasannya. Sekali tanaman cabe kita terkena antraknosa, maka akan sulit bagi kita untuk mengendalikannya. Oleh karena itu tindakan paling baik untuk penyakit ini adalah melakukan pencegahan sebelum terjadinya serangan. Gejala awal yang dapat dikenali dari serangan penyakit ini adalah adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair. Lama – kelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Penyebab penyakit ini tidak lain adalah jamur C. capsici. Jamur ini menyerang tidak pandang bulu, karena baik buah cabe yang masih hijau atau sudah masak pun tidak luput darinya. Penyakit ini sangat mudah menyebar ke buah atau tanaman lain. Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui vektor. Tidak ada satu pun cara yang bisa dilakukan agar penyakit ini bisa 100% , namun kita bisa mencegahnya dengan kultur teknis yang baik. Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar. Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif . Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek. Penggunaan benih sembarangan akan beresiko terjadinya serangan penyakit. Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.
Buah cabe yang busuk akibat serangan pathek/antraknose
Tanaman cabe yang terserang layu bakteri
Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu merupakan penyakit kedua yang meresahkan petani setelah antraknosa. Penyebab layu bakteri ini adalah Pseudomonas solanacearum yang serangannya ditandai dengan gejala layu pada tanaman cabe yang mengalami kesembuhan pada waktu sore hari, tetapi lama kelamaan kelayuannya terjadi secara keseluruhan dan menetap. Bakteri ini biasanya ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman , pengairan, nematoda atau alat-alat pertanian. Selain itu bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Bakteri layu cepat meluas terutama di tanah dataran rendah, gejala kelayuan yang mendadak seringkali tidak bisa diantisipasi. Tanaman yang sehat tiba –tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari besoknya langsung mati. Itulah gambaran serangan penyakit layu yang sangat menyeramkan. Untuk memastikan penyebab layu tersebut kita bisa mengambil tanaman yang terserang , kemudian pangkal batangnya dibelah untuk direndam pada gelas yang berisi air bening. Apabila bakteri maka akan ditandai dengan keluarnya cairan berwarna coklat susu berlendir semacam asap yang keluar pembuluh batangnya di dalam air. Untuk mengatasinya tak ada jalan lain selain menyingkirkan tanaman yang terserang, dan tetap menjaga agar bedengan tanam selalu dalam kondisi kering di luar. Selain itu , melakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sefamili bisa mengurangi resiko serangan penyakit tersebut. Secara kimiawi, penyakit ini dapat dicegah dengan menyiram larutan Kocide 77WP konsentrasi 5 – 10 gr/liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml/tanaman interval 10 – 14 hari dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.
Daun yang terkena gejala penyakit bercak daun
Bercak Daun
Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak-bercak berupa bulatan seperti cacar pada daun. Bila dibiarkan akan menyebabkan daun-daun cabe gugur sehingga pertumbuhan kurang optimal. Gejala pada daun tersebut ternyata baru serangan awal saja karena bila dibiarkan, akan menyerang batang, tangkai daun serta tangkai bunga. Seperti halnya layu bakteri, cendawan Cercospora capsici penyebab bercak daun ini dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman. Pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan membuang tanaman yang terserang sekaligus membersihkan sanitasi lingkungan tanaman. Secara kimia dapat juga dicegah dengan fungisida kontak bahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, Kocide 77WP, dan atau fungisida bahan aktif Mankozeb yaitu Victory 80WP.
(Redaksi – dari berbagai sumber)
Penyakit tanaman cabai

Setiap tanaman selalu ada yang merusaknya yaitu perupa hama dan penyakit. Inilah beberapa penyakit yang selalu mengganggu tanaman cabai secara umum.


Bercak daun (Cercospora capsici)
Bercak-bercak bulat kecil pada daun merupakan ciri khas serangan Cercospora capsici. Warna dibagian dalam lingkaran selalu berbeda dengan tepi lingkaran. Bercak tersebut akan meluas hingga mencapai + 0,5 cm. bercak tampak berwarna pucat sampai putih, dan tepinya berwarna lebih tua. Selain menyerang daun juga menyerang pada batang dan tangkai daun.

Bercak bakteri (Xanthomonas campestris pv. vesicatoria)
Patogen ini menyerang daun, buah, dan batang. Di tempat terserang tampak bintik-bintik berwarna cokelat di tengah dan dikelilingi lingkaran klorosis tidak beraturan. Gejala sangat jelas terlihat di permukaan daun sebelah atas. Di buah, gejala serangan ditandai adanya bercak cokelat.
Penaggulangan nya dengan merendam benih menggunakan bakterisida berbahan aktif stretomisin sulfat dan oksitetrasiklin. Daun, ranting dan buah yang berserakan di atas bedengan agar di bersihkan dan dimusnahkan. Rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili cabai sangat dianjurkan.

Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)
Bercak ini disebabkan oleh cendawan dengan gejala serangan timbulnya bercak cokelat tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris, membesar dan akhirnya bergabung menjadi satu.

Layu Fusarium (Fusarium oxysporium f. sp. capsici)
Layu Fusarium biasanya mengganas di tanah ber pH rendah (masam). Layu Fusarium disebabkan oleh cendawan bersifat tular tanah.
Serangan ditandai dengan menguningnya tajuk cabai dan tulang daun sebelah atas memucat tangkainya menunduk. Di pangkal batang, dekat akar, kalau ditoreh, tampaklah cincin cokelat kehitaman diikuti busuk basah pada pembuluh. Kendalikan sebelum penanaman dengan cara pemberian kapur hingga pH tanah sesuai. Kebun jangan sampai ada genangan air. Rendam benih dalam larutan Benlate atau Derosal selama 10 menit. Tanaman yang terserang dicabut dimasukkan dalam wadah jangan sampai terjadi ceceran tanah dari lokasi tanaman sakit. Lubang bekas tanaman ditaburi kapur lalu ditutup kembali. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan famili Solanaceae.

Layu bakteri (Ralstonia solanacearum)
Serangan pertama kali biasanya pada tanaman umur 6 minggu. Daun layu mulai dari pucuk sampai ke bagian bawah. Kalau batang/cabang/pangkal batang dibelah, terlihat warna cokelat kehitaman dan busuk. Bila dicelup dalam air bening 5 menit kemudian akan keluar cairan eksudat seperti lendir berwarna putih. Serangan bakteri ini sering menular lewat air yang tercemar. Penanggulangan awal dengan cara menyeup bibit ke air yang diberi bakterisida Agrimycin. Drainase tanah disekitar kebun diperbaiki agar tidak becek. Tanaman yang sakit agar dicabut.

Layu oleh cendawan Sclerotium rolfii Sacc.
Serangan cendawan ini menyebabkan layu tanaman secara tiba-tiba, daun berwarna kuning kemudian menjadi cokelat. Patogen penyakit menyerang leher akar yang ditendai dengan adanya miselium berwarna putih. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pengapuran saat pengolahan tanah, Pergiliran tanaman,

Antraknosa/patek/ (Colletotrichun capsici dan Gloesporium piperatum)
Penyakit ini adalah penyakit yang sangat menakutkan bagi pekebun. Serangan cendawan ini tidak terbatas pada saat buah masih tergantung, tetapi juga tetap mengancam setelah usai panen. Serangan dimulai dari munculnya bercak kuning yang berubah menjadi cokelat kehitaman. Buah menjadi lunak dan membusuk. Buah mengering dan keriput. Penyakit ini juga menyerang buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung. Pada kondisi lembab cendawan membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran berwarna merah jambu.
Pengendalian dengan cara benih yang akan disemai direndam dulu dengan air hangat yang dicampur fungisida berbahan aktif tofanat, tebukanazol, Thiram atau benomil selama 4 jam. Atur jarak tanam untuk musim kemarau lebih rapat ( 50 cm x 70 cm ), musim penghujan lebih lebar ( 60 cm x 70 cm ). Semua cabai yang terserang dipanen setiap hari kemudian dimusnahkan.

Embun tepung / Powdery Mildew (Leveillula taurica)
Pada kebun cabai dengan penanaman di dataran tinggi yaitu 700 m dpl keatas, sering kena serangan penyakit ini. Permukaan atas daun tampak bercak nekrotis berwarna kekuningan. Jika daun dibalik, tampaklah “tepung” berwarna putih keabu-abuan. Serangan dimulai dari daun tua ke muda. Tanggulangi dengan menyemprot fungisida berbahan aktif karbendazim.

Busuk daun/lodoh/hawar daun (Phytophthora capsici)
Ia menyerang batang, daun, dan buah. Ciri keberadaannya ialah adanya bercak –bercak kecil ditepi dan tidak beraturan kemudian menyebar keseluruh daun. Menyerang buah dengan tanda awal adanya bercak kebasahan dan akhirnya meluas menyebabkan buah terlebas dari kelopaknya karena membusuk.

Busuk buah cendawan Culvularia Lunata (Wakk.) Boeed.
Ujung buah bagian bawah membusuk dan berwarna cokelat muda sampai hitam, kemudian buah rontok. Pengendaliannya dengan cara mencabut tanaman yang sakit parah.
Busuk basah oleh bakteri Erwina carotovora Jones.
Gejala serangannya adalah pangkal buah busuk basah dan rontok. Pengendalian penyakit ini dengan cara pergiliran tanaman dan penyemprotan bakterisida seperti Agrept sesuai dosis pada label.

Patah batang/teklik cendawan Choanephora cucurbitarum
Ia menyerang bagian batang yang masih muda, kemudian menjalar ke batang tua. Yang terserang bagian bunga, tangkai bunga, pucuk, dan ranting tanaman. Di tempat serangan terlihat warna cokelat kehitaman yang mematikan ujung tanaman. Bagian lain masih tetap segar. Pada bagian terserang ada spora cendawan berwarna kelabu kehitaman. Lakukan sanitasi lingkungan, kurangi kelembaban sekitar kebun, pangkas bagian tanaman yang terserang dan kemudian dibakar.

Rebah batang/rebah semai (Pythium aphanidermatum)
Serangannya ditemui di persemaian. Benih gagal berkecambah. Bibit yang masih muda mendadak rebah dan mati. Di pangkal batangnya terlihat warna cokelat kehitam-hitaman yang basah. Batangnya mengkerut. Tanggulangi dengan cara merendam fungisida berbahan aktif metalaksil-M.

Virus
Tanaman yang terserang virus daun mengecil, keriting diduga disebabkan oleh Tobacco Mosaic Virus, Cucumber Mosaic Virus, Tobacco Etch Virus. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman yang terserang biasanya mampu bertahan hidup tetapi tidak produktif. Selama ini virus belum diketemukan obatnya sehingga cara pengendaliannya cukup memberantas vektor, memusnahkan tanaman sakit, dan pergiliran tanaman.

Disusun dari berbagai sumber untuk dapat dipergunakan secara umum.
Hambatan paling besar bertanam cabe biasanya datang dari keberadaan hama dan penyakit seringkali yang membuat tanaman rusak pada bagian tertentu yang bisa menyebabkan puso. Cukup banyak jenis-jenis hama maupun penyakit yang menyerang tanaman cabe ini dari fase benih sampai panen. Namun hanya beberapa yang utama dan paling merusak. Berikut adalah pembahasan mengenai hama dan penyakit utama pada tanaman cabe.

Sebagai tanaman budidaya, tentu saja pengembangan tanaman cabe tidak bisa terlepas dari pengendalian hama dan penyakit. Meskipun komoditas ini sangat menjanjikan, namun tidak sedikit dari para petani kita yang mengeluh akibat kehadiran pengganggu keberhasilan budidayanya. Tidak hanya hama, bahkan penyakit pun kerap menjadi penyebab utama kerusakan cabe. Kerugian yang diakibatkan hama maupun penyakit telah membuat tidak sedikit para petani yang bangkrut dan kapok untuk bertanam lagi. Sebagai pertimbangan, pada Harian Kompas mengungkapkan daerah Kediri sebagai salah satu sentra produksi cabe di Jatim banyak yang terserang Antracnose atau yang lebih populer dengan pathek ini beberapa waktu yang lalu. Dimana, ribuan hektar pohon cabe
gagal dipanen gara-gara kehadiran penyakit itu. Ini hanya satu kasus saja, belum serangan hama maupun penyakit lain yang bisa merugikan petani. Menurut sebagian petani hingga kini belum ada cara yang benar-benar ampuh untuk mengobati buah cabe yang sudah terserang hama dan penyakit. Bukannya mereka tidak mau tahu atau pasrah terhadap kehadiran “para pengganggu” ini, namun sudah banyak yang dilakukan dalam upaya mengobati tanaman yang sudah terkena serangan. Salah satunya adalah dengan penyemprotan baik itu menggunakan insektisida maupun fungisida. Karena saking tingginya kekhawatiran akan meluas atau terkena serangan, penyemprotan seringkali dilakukan secara serampangan tanpa pertimbangan. Akibatnya kesalahan pemilihan pestisida yang diberikan dan teknik pengendalian yang kurang baik bisa menjadi bumerang yang berakibat fatal. Untuk itulah, teknik pengendalian yang baik yang dikenal dengan tehnik pengendalian hama terpadu sangat dianjurkan untuk mengatasi musuh-musuh utama tanaman cabe ini. Berikut adalah musuh-musuh utama petani cabe yang sering menyerang tanaman cabe.
HAMA TANAMAN CABE :
Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabe. Menurut beberapa sumber, thrips yang menyerang cabe tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan pada tanaman cabe hanya salah satunya saja. Dengan panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga. Serangan paling parah biasanya terjadi pada musim kemarau, namun tidak menutup kemungkinan pada saat musim hujan bisa juga terjadi serangan. Gejala yang bisa dikenali dari kehadiran hama ini adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Adanya noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Dalam beberapa waktu kemudian, noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain dia sebagai hama perusak namun juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) yang menyebabkan penyakit pada tanaman cabe. Untuk itu, bila kita mampu mengendalikan hama thrips, tidak hanya memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya.

Areal tanaman cabe yang tidak dirawat dengan baik sangat beresiko terkena serangan hama dan penyakit
Pengendalian hama ini bisa dilakukan secara kultur teknis maupun kimiawi. Secara teknis dapat dilakukan dengan melakukan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabe secara bertahap dengan selisih waktu lebih lama, selain itu dapat juga menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem.

Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk, dan apel menyerang tanaman cabe juga. Tungau bersifat parasit dimana dia merusak daun, batang maupun buah yang mengakibatkan perubahan warna dan bentuk. Pada tanaman cabe, serangannya adalah dengan menghisap cairan daun sehingga warna daun terutama pada bagioan bawah menjadi berwarna kuning kemerahan , bentuk daun menjadi menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk bisa mengering yang akhirnya menyebabkan daun rontok. Dalam klasifikasi tungau termasuk dalam Ordo Acarina, Kelas Arachnidae bukan termasuk golongan serangga. Tungau berukuran sangat kecil dengan panjang badan sekitar 0.5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti halnya thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus.


Kutu (Myzus persicae)
Aphids merupakan serangga hama yang juga andil dalam merusak perkembangan tanaman cabe. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Tidak sepeti mite, kutu persik ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain bisa memperbanyak dengan perkawinan biasa, dia juga mampu bertelur tanpa pembuahan.


Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Kehadiran lalat ternyata tidak hanya mengganggu sekaligus menjijikkan namun bisa menjadi hama perusak khususnya tanaman cabe. Buah cabe yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah cabe dari dalam. Kerusakan buah dari luar bisa kita perhatikan dari bekas tusukan yang berupa bintik hitam. Buah yang rusak tentu saja tidak akan laku dijual sehingga menyebabkan kerugian bagi petani. Pengendalian hama lalat buah cabe tergolong agak sulit karena menyerangnya dari dalam buah, untuk itu satu-satunya jalan adalah dengan mencegah lalat tersebut meletakkan telurnya pada cabe. Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol bekas air kemasan yang didalamnya diberi umpan yang telah diberi sex feromon seperti metil eugenol dan insektisida. Hal ini karena lalat buah betina sangat tertarik dengan bau lalat buah jantan sehingga dia akan memburunya. Selain itu dapat juga digunakan perangkap kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.


Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Hama ini tak berbeda dengan jenis ulat lain yang juga suka makan daun. Namun keistimewaannya adalah saat memasuki stadia larva, dia termasuk hewan yang sangat rakus. Hanya dalam waktu yang tidak lama, daun-daun cabe bisa rusak olehnya. Ulat yang setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat ini akan memakan daun-daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan metamorfosis-nya. Ulat grayak tidak hanya menyerang tanaman cabe saja melainkan juga tanaman pisang, bawang, pepaya, kentang, padi, kacang dan lain-lain.

Gejala akibat serangan hama kutu daun (Mizus persicae)
Kerusakan daun yang diakibatkan serangan mite
Ulat grayak merupakan hama yang paling rakus melahat daun cabe

Tikus

Meskipun tidak separah serangan pada tanaman pangan, tikus juga berpotensi merusak buah tanaman cabe. Mereka biasanya menyerang bagian buahnya. Meskipun persentasenya tergolong sedikit, serangan tikus pada tanaman cabe tetap harus diwasdapai dengan cara selalu rutin membersihkan kebun cabe dari gulma dan semak-semak yang bisa menjadi tempat sarang sekaligus perlindungan tikus.


Antracnose
Tidak ada yang memungkiri bahwa Antracnose atau yang lebih dikenal dengan istilah “pathek” adalah penyakit yang hingga saat ini masih menjadi momok petani cabe. Bagaimana tidak? Buah yang menunggu panen dalam beberapa waktu berubah menjadi busuk oleh penyakit ini. Sudah banyak petani yang menjadi korban keganasannya. Sekali tanaman cabe kita terkena antraknosa, maka akan sulit bagi kita untuk mengendalikannya. Oleh karena itu tindakan paling baik untuk penyakit ini adalah melakukan pencegahan sebelum terjadinya serangan. Gejala awal yang dapat dikenali dari serangan penyakit ini adalah adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair. Lama – kelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Penyebab penyakit ini tidak lain adalah jamur C. capsici. Jamur ini menyerang tidak pandang bulu, karena baik buah cabe yang masih hijau atau sudah masak pun tidak luput darinya. Penyakit ini sangat mudah menyebar ke buah atau tanaman lain. Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui vektor. Tidak ada satu pun cara yang bisa dilakukan agar penyakit ini bisa 100% , namun kita bisa mencegahnya dengan kultur teknis yang baik. Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar. Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif . Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek. Penggunaan benih sembarangan akan beresiko terjadinya serangan penyakit.

Buah cabe yang busuk
akibat serangan pathek/antraknose
Tanaman cabe yang
terserang layu bakteri

Layu Bakteri

Bakteri penyebab layu merupakan penyakit kedua yang meresahkan petani setelah antraknosa. Penyebab layu bakteri ini adalah Pseudomonas solanacearum yang serangannya ditandai dengan gejala layu pada tanaman cabe yang mengalami kesembuhan pada waktu sore hari, tetapi lama kelamaan kelayuannya terjadi secara keseluruhan dan menetap. Bakteri ini biasanya ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman , pengairan, nematoda atau alat-alat pertanian. Selain itu bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam tanah dalam keadaan tidak aktif. Bakteri layu cepat meluas terutama di tanah dataran rendah, gejala kelayuan yang mendadak seringkali tidak bisa diantisipasi. Tanaman yang sehat tiba –tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari besoknya langsung mati. Itulah gambaran serangan penyakit layu yang sangat menyeramkan. Untuk memastikan penyebab layu tersebut kita bisa mengambil tanaman yang terserang , kemudian pangkal batangnya dibelah untuk direndam pada gelas yang berisi air bening. Apabila bakteri maka akan ditandai dengan keluarnya cairan berwarna coklat susu berlendir semacam asap yang keluar pembuluh batangnya di dalam air. Untuk mengatasinya tak ada jalan lain selain menyingkirkan tanaman yang terserang, dan tetap menjaga agar bedengan tanam selalu dalam kondisi kering di luar. Selain itu , melakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang tidak sefamili bisa mengurangi resiko serangan penyakit tersebut.

Daun yang terkena gejala
penyakit bercak daun
Bercak Daun
Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak-bercak berupa bulatan seperti cacar pada daun. Bila dibiarkan akan menyebabkan daun-daun cabe gugur sehingga pertumbuhan kurang optimal. Gejala pada daun tersebut ternyata baru serangan awal saja karena bila dibiarkan, akan menyerang batang, tangkai daun serta tangkai bunga. Seperti halnya layu bakteri, cendawan Cercospora capsici penyebab bercak daun ini dapat bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman. Pengendalian terhadap penyakit ini dapat dilakukan dengan membuang tanaman yang terserang sekaligus membersihkan sanitasi lingkungan tanaman.



(Redaksi – dari berbagai sumber)

Share/Save/Bookmark

Tidak ada komentar:

Posting Komentar